Sabtu, 18 Januari 2020

let's talk about psychopath #1

Disclaimer: Aku bukan seorang ahli maupun professional. Maka apabila ada kesalahan dalam tulisanku ini mari kita diskusikan secara sehat.

Psikopat asli tidak akan memberi tahu siapapun tentang jati diri mereka yang sebenarnya. Jadi bila seseorang mengaku psikopat (kecuali hanya tendensi psikopat) maka bisa dipastikan dia berbohong. Jika ada seseorang yang khawatir dirinya psikopat, juga bisa dipastikan dia manusia normal karena psikopat tidak merasa khawatir. Orang yang khawatir bahwa dirinya psikopat jelas memiliki moral dan tahu bahwa ada perbuatan mereka yang seharusnya tidak mereka lakukan. Tidak seperti psikopat asli. Psikopat tulen melakukan kejahatan dan tidak merasa menyesal sedikitpun. Namun, para psikopat juga sangat memikat sehingga dapat membuat semua orang percaya kalau dia tidak berbahaya. Mereka yang seperti inilah, disebut "high functioning psychopath", karena mereka berbaur ditengah masyarakat, bukannya penjara.

sumber: bakadesuyo.com (how to deal with psychopaths and toxic people)

Lampiran diatas sangat menarik sekali, karena memang hal itu terjadi pada seorang psikopat yang kukenal. Kedok mereka sangat susah diungkap karena banyak orang yang percaya dan menggantungkan diri padanya. Para psikopat pun senang dipercayai dan menjadi gantungan/pegangan diri orang lain. Sialnya, mereka susah sekali disibak dan justru malah orang lain yang kena getahnya.

Psikopat yang sesungguhnya tidak peduli pada orang lain, justru berpura-pura menjadi orang yang sangat peduli padamu. Hanya agar kau memberinya contekan, misalnya. Tapi dia tidak akan membiarkanmu menyadari bahwa kau telah dimanfaatkan sehingga sebisa mungkin dia akan membuat seolah-olah persahabatan kalian adalah hubungan yang saling menguntungkan. Padahal tidak.

Saat kau mulai curiga, tidak akan bertahan lama karena bagaimanapun seorang psikopat dapat melencengkan segala kecurigaan pada orang-orang yang masyarakat pikir memang berbahaya. Contohnya, seorang psikopat saat dicurigai sebagai pembunuh akan melakukan segala cara agar kalian justru lebih mencurigai koki dapur atau tukang jagal, karena menurut kalian profesi seperti itu lebih masuk akal jika dihubungkan dengan pembunuhan. Padahal pembunuh yang asli, si psikopat betulan, sedang tertawa-tawa dibelakang kalian sambil berpura-pura menyemangati atau bersimpati pada keluarga korban.

Menjijikan.

Aku sangat tidak suka pada orang psikopat. Mereka jahat, dan mereka bisa dengan mudah lolos dari perbuatan jahat yang telah mereka lakukan. Aku tidak pernah percaya bahwa mengambil nyawa orang lain adalah jawabannya, namun kuakui aku pernah membayangkan membunuh seseorang yang membuatku kesal. Namun itu juga dialami semua orang. Sayangnya, para psikopat membawa pikiran itu ke level yang lain.

Coba bayangkan skenario kedua berikut. Kalian punya dua bendahara di kelas, dan tiba-tiba uang kas kalian raib! Kecurigaan kalian mungkin akan lebih tertuju kepada Bendahara dibandingkan Wakil Bendahara. Kabar buruknya: Bendahara tersebut seorang psikopat. Maka dia akan memanipulasi kalian sehingga segala kecurigaan tidak tertuju padanya. Kebetulan sekali Wakil Bendahara terkadang suka terlambat dan entah kenapa kau mendengar bahwa terlambat merupakan korupsi waktu dan orang yang terlambat adalah koruptor. Waduh, gawat kan. Kecurigaan seisi kelas langsung beralih ke Wakil Bendahara sementara si Bendahara Psikopat menertawakan kebodohan kalian sambil menghitung uang yang dia curi.

Betul, psikopat memang selalu menganggap orang lain bodoh. Sehingga mereka suka menertawakan orang lain. Biasanya dalam hati agar tidak merusak citra mereka. Namun ada juga yang terang-terangan menertawakan orang lain. Aku tidak bilang menertawakan orang lain langsung membuatmu menjadi psikopat. Yang kukatakan adalah; psikopat selalu memandang rendah orang lain sehingga saat mereka merendahkanmu, mereka benar-benar merendahkanmu serendah-rendahnya.

Peringatan: bila kau mencoba memperingatkan orang lain soal psikopat yang kau tahu perbuatannya, kau harus sangat berhati-hati karena psikopat itu tidak akan tinggal diam. Tapi kau juga tidak boleh tinggal diam.

.

A. Mustika

tambahan: malam ini aku baru saja memperingatkan seseorang tentang psikopat yang merupakan bawahannya di OSIS, yang kukenal baik semua perbuatannya sebagai psikopat. Aku hanya menyarankan dia berhati-hati dan lebih memperhatikan rekan-rekannya. Aku tidak menyebut satu nama pun. Aku ingin bermain dengan bersih. Kabar buruknya; dia sangat pintar memanipulasi orang dan memanfaatkan rasa bersalah sehingga, mungkin aku akan kalah dan perjudianku dengan situasi menjadi sia-sia. Tolong doakan aku. Psikopat harus dihentikan dan tidak boleh memiliki sesuatu yang bukan haknya.

Jumat, 20 September 2019

susah bersyukur

Dengan mantap gue melangkah menuju ruang lab komputer. Hari ini ulangan harian IPS, dan karena ini bidangnya gue, gue yakin pasti bakal dapet 100. Begitulah pikiran jumawa gue saat itu.

Suasana lab komputer ricuh. Cewek-cewek pada teriak-teriak lebay, padahal belum dimulai juga. Udah ada yang ngomong ngalor-ngidul padahal belum tentu dia bakalan diremed/soal susah. Dan berbagai kehebohan khas cewek lainnya yang sangat menusuk kuping gue.

Sementara itu, gue berusaha fokus. Tekad gue bakalan dapet 100 di ulangan kali ini.

Ditengah proses pengerjaan itu gue kebawa emosi dan marah-marah. Gue orangnya memang susah mengontrol emosi. Bawaannya pengen marah mulu tiap kali liat seseorang melakukan suatu hal yang gue anggap bodoh. Gue kan mikirnya gini, 'ih kok bisa-bisanya dia ngelakuin itu, gak dipikirin dulu apa?'. Padahal, kalimat tersebut lebih pantas gue tunjukkan untuk diri gue sendiri.

Setelah perenungan, gue tahu hal tersebut terjadi sama gue karena gue pikir gue terlalu sok pinter, sehingga setiap kali orang berbuat hal (yang gue anggap) bodoh, gue gak bisa nahan emosi. Gregetan pengen teriak di kuping tu orang, "lo alay banget sih!"

Dan itulah salah satu fatal flaw gue.

Gue udah coba berbagai cara. Beristighfar, berdoa, hitung mundur, dan atur napas. Tapi gak ada yang mempan untuk meredakan gue dari emosi akibat menyaksikan perbuatan tolol orang-orang. Yang ada gue jadi berasa kayak bom aja pas nyoba hitung mundur. 10.. 9... 8.. 7... 6.. 5.. 4... 3... 2.. 1...

sumber: google.com

Sifat tolol gue mendapatkan buah pahitnya. Akibat sibuk marah-marah, gabisa kalem ngadepin orang-orang lebay ketika ulangan didalem ruang lab kurang udara, gue akhirnya dapet nilai 90. Gak jauh dari target gue, dan gue pun puas dengan nilainya. Tapi tunggu dulu, kejutan lain tak sabar untuk ngagetin.

Lo: *ngerjain ulangan kurang serius*
Ulangan: *hasilnya jeblok*
Lo:
apaan sih gaje
Ternyata, nilai yang gue peroleh bukanlah yang tertinggi. Ada banyak orang yang nilainya lebih tinggi daripada gue. Dalam hati gue merasa malu, masa calon peserta OSN IPS nilai ulangan IPS nya bukan yang terbaik? Begitulah kesedihan yang gue alami saat itu.

Ada yang nilainya 93, bahkan 97 (salah 1 soal). Gue pun menyesal, seandainya gue gak fokus nyuruh orang biar gak berisik, gue pun bisa meraih nilai lebih daripada 90. Kepala gue mumet, gara-gara lebih merhatiin masalah yang mengalihkan gue dari tujuan gue daripada tujuan itu sendiri.

Dan sialnya, gue tau ada beberapa orang yang nilainya bagus tapi tidak jujur. Sayang sekali, mereka mendapat banyak pujian tetapi palsu. Dibandingkan yang nilainya rendah tetapi jujur. Tapi gue gabisa terus terang (untuk sekarang). Karena ada beberapa faktor yang bikin gue gabisa menceritakan hal ini kesiapapun. Salah satunya adalah karena si tersangka yang sedang kita bicarakan ini orangnya charming-manipulatif. Tapi orang-orang pada gasadar dia psikopat saking charming-nya dia.

Haduh, jadi curhat kemana-mana kan.

Saat ini gue sedang memikul dua beban yang berat. Beban pertama, adalah harus menjadi anak paling hebat di pelajaran IPS (karena terpilih seleksi OSN sekolah). Beban kedua, adalah harus mencetak rangking 1 kembali, kalau bisa dengan rangking 1 umum seperti dulu. Dan ini susah sekali mengingat guru-gurunya yang sekarang memiliki berbagai watak yang berbeda, dimana gue kurang terbiasa dengan beberapa sikap mereka. Lalu gue dituntut harus yang paling bagus disetiap mata pelajaran. Gue ingin seperti diri gue yang dulu, selalu bersyukur berapapun nilai yang gue dapat. Sebab dulu gue gak punya keinginan untuk rangking 1 sama sekali. Apalagi juara umum, yang baru gue tau bahwa juara umum eksis di sekolah setelah mendapatkannya. Keduanya merupakan hal paling tidak terduga yang terjadi sama gue tahun lalu.

Sekarang gue susah bersyukur. Saat menjadi yang terbaiklah gue baru melakukannya. Jangan ditiru, ya.

Ada banyak perasaan yang muncul ketika tau nilai gue disalip nilai orang. Ada iri, merasa tidak adil, takut kehilangan rangking, takut tidak dianggap lagi menjadi siswa yang paling top. Dll, dsb, dst.

Gue bisa saja tidak memusingkan perihal ranking. Gue bisa belajar dengan bahagia seperti tahun lalu. Tapi bisakah gue melepaskan beban itu dengan mudahnya? Bagaimana dengan orang-orang yang nantinya akan gue kecewakan? Bagaimana jika gue tidak kuat menerima hinaan dari orang-orang?

Susah besyukur, padahal banyak orang yang nilainya dibawah gue. Gue hanya melihat mereka yang nilainya diatas gue.

Mungkin seharusnya gue gak perlu nulis panjang-panjang, karena hanya ada satu kalimat yang bisa jadi menjelaskan semuanya. Satu kalimat yang gue berusaha tampik dari dalam diri gue sendiri.

Nafsu untuk menjadi yang terbaik.